Membahas tujuan wisata di Kabupaten Semarang, maka banyak pilihan tempat yang sangat eksotis untuk sekedar mengisi liburan, healing, kuliner, wisata alam, wisata selfie, wahana dan sebagainya. Namun selain untuk tujuan hal tersebut, banyak tempat-tempat wisata di Kabupaten Semarang yang dapat dikunjungi sekaligus sebagai edukasi. Sebagai contoh wisata sejarah, yang berupa bangunan-bangunan era Kolonial Hindia Belanda seperti Museum Kereta Api Ambarawa, Benteng Pendem / Fort Willem I dan Palagan. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati sekaligus melakukan edukasi sejarah nusantara yang lebih tua. Di Kabupaten Semarang, banyak situs-situs purbakala peninggalan kerajaan-kerajaan era Hindu-Budha misalnya Candi Gedong Songo. Selain Candi Gedong Songo, ada sebuah candi yang tergolong tua, letaknya di pinggir Rawa Pening. Candi tersebut diberi nama Candi Dukuh. Setelah ke Candi Dukuh, kita juga dapat menikmati pemandangan gunung-gunung sekitar Rawa Pening dengan naik perahu atau menyewa perahu stom milik Pak Setiyono. Wisatawan juga tidak usah takut lapar, karena ada kuliner warung apung di Rawa Pening milik Pak Arbai. Kita juga bisa mencoba sensasi menangkap ikan dengan pancing atau menyewa branjang milik nelayan setempat. Keren banget kan ? kapan nich kita agendakan ?
Bukit di tepi Rawa Pening tempat Candi Dukuh berdiri. Foto dari halaman rumahku Srawung Sareng |
Candi Dukuh terletak di sebuah bukit di pinggir Rawa Pening, tepatnya di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Untuk menuju Candi Dukuh sangatlah mudah, yaitu di Jalan Salatiga-Ambarawa, dekat dengan Objek Wisata Bukit Cinta. Ada yang menamai Candi ini dengan nama Candi Brawijaya, karena beredar cerita bahwa Candi Dukuh ini adalah candi peninggalan Brawijaya V. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah, area sawah, pegunungan Telomoyo, Danau Rawa Pening semakin menambah keindahan suasana alam pedesaan yang asri. Apalagi di pagi hari, suara burung, kabut, sinar matahari pagi, udara yang sejuk, hiruk pikuk nelayan dan petani, akan membuat para wisatawan mengalami flashback ke kehidupan masa lalu yang indah, damai dan tenang.
CANDI DUKUH TEMPAT PERTAPAAN BRAWIJAYA V ?
Candi Dukuh Rowoboni Banyubiru |
Jenis | Candi Hindu Siwa |
---|---|
Fungsi | Tempat untuk memuliakan/ pemujaan para dewa, ritual umat Hindu |
Bentuk Dasar | Kotak, berukuran 5,8 m x 5,8 m menghadap ke Timur. Jika ditambah dengan pelataran maka ukuran sekitar 5,8 m x 9 m |
Kondisi | Proses pemugaran, bagian atap dan kemuncak belum tersusun |
Bahan Candi | Batuan Andesit |
Dibangun pada | Circa Abad ke-9, Pada masa Dinasti Sanjaya Mataram Kuno |
Letak | Di puncak bukit kecil di tepi Rawa Pening (490m) |
Wangsa Sanjaya | Wangsa Syailendra |
---|---|
Ratu Sañjaya (c.732-760) | |
Rakai Panangkaran (c.760-780) | Visnu Dharmatungga (c. 775-782) |
Rakai Panunggalan (c.780-800) | Indra Sanggrāmadhanañjaya (c. 782-812) |
Rakai Warak (c.800-819) | Samaratungga (c. 812-832) |
Rakai Garung (c. 819-838) | |
Rakai Pikatan (c. 838/842-856) | |
Rakai Kayuwangi (c. 851-882) |
Kala Kirtimukha Candi Dukuh |
Makara Candi Dukuh Rowoboni Banyubiru |
Lingga-Yoni Candi Dukuh |
Relief NandiSwara (gambari kiri) dan Maha Kala Candi Dukuh (gambar kanan) |
Ornamen Candi Dukuh |
LEGENDA BARU KLINTHING RAWA PENING
Legenda Baru Klinthing memang populer menjadi cerita turun-temurun penduduk sekitar Rawa Pening. Legenda ini sudah ada sejak tahun 1840 Masehi. Legenda ini juga berkembang di daerah Banyubiru Pasuruan, namun setting tempat berbeda. Legenda ini menceritakan desa yang tenggelam kemudian berubah menjadi rawa.
Dahulu kala hidup seorang wanita di sebuah desa. Dia sedang memetik daun pisang namun lupa membawa pisau. Di waktu yang sama lewat seorang Begawan, dan meminjami pisau, namun dia berpesan agar pisau tersebut tidak boleh diletakkan di pangkuan. Namun wanita tersebut lupa memangku pisau sehingga dia hamil. Setelah beberapa lama, janin yang dikandungnya semakin membesar, dan akhirnya dia melahirkan. Betapa kagetnya wanita tersebut, karena yang dilahirkan adalah seekor ular.
Ular tersebut dapat berbicara, dan oleh wanita tersebut ia beri nama Baru Klinthing. Beranjak besar ular tersebut menanyakan siapa bapaknya. Si ibu tersebut kemudian menyuruh Baru Klinthing untuk menemuai bapaknya yang sedang bertapa di sebuah Gunung. Kemudian Baru Klinthing melakukan perjalanan untuk bertemu bapaknya ke Gunung. Setelah bertemu, Begawan tersebut menyuruh Baru Klinthing untuk melingkari gunung tersebut untuk membuktikan bahwa dia benar-benar anaknya. Baru Klinthing menjulurkan lidahnya agar bisa melingkari, sehingga ekor dan kepalanya bertemu dan dianggap sebagai anak. namun tidak berhasil. Dan Baru klinthing pun memilih bertapa di hutan tersebut.
Suatu ketika sebuah desa akan mengadakan selamatan desa. Penduduk desa pergi ke hutan untuk berburu hewan sebagai hidangan dalam acara tersebut. Di hutan beberapa penduduk tidak kunjung mendapatkan buruan. Kemudian mereka istirahat, salah satu penduduk duduk di akar pohon yang besar sambi menancapkan senjatanya di akar besar tersebut. Betapa kagetnya dia, karena tiba-tiba keluar darah dari akar tersebut. Ternyata akar tersebut adalah ular atau Baru Klinthing yang sedang bertapa. Karena tidak kunjung mendapatkan daging buruan, maka mereka memotong-motong ular tersebut dan dibawa pulang untuk hidangan.
Selamatan pun dimulai, penduduk dengan senang mengolah daging yang mereka bawa dari hutan dijadikan hidangan. Dalam pesta tersebut, tiba-tiba datang seorang bocah yang tidak lain adalah jelmaan dari Ular Baru Klinthing. Bocah tersebut meminta makanan, namun tidak ada penduduk yang peduli. Akhirnya bocah itu pergi ke seorang nenek atau Mbok Rondo di desa itu. Di rumah Mbok Rondo, dia diberi makanan. Setelah selesai makan, bocah tersebut berpesan agar Mbok Rondo menyiapkan lesung, dan centhong nasi, karena nanti akan ada banjir melanda desa tersebut.
Bocah itu pun pergi menemui penduduk desa yang sedang berpesta. Dia menancapkan lidi di tanah kemudian menyuruh warga desa untuk bisa mencabut lidi tersebut. Satu per satu penduduk desa tersebut mencoba untuk mencabut lidi, namun tidak ada yang berhasil. Akhirnya lidi itu pun dicabut sendiri oleh bocah tersebut, kemudian sisa tanah yang ada di lidi dilemparkan menjadi Gunung Kendali Sodo. Dan dari bekas lubang tancapan tadi muncul air deras yang kemudian menenggelamkan desa tersebut. Akhirnya desa tersebut menjadi sebuah rawa yang bernama Rawa Pening.
FAKTA TENGGELAMNYA 50 DESA SEKITAR RAWA PENING TAHUN 1835-1940
Dengan menurunnya daya tampung Danau Rawa Pening karena sedimentasi dan bertambahnya debit air dari sungai yang bermuara serta mulai dibangunnya PLTA Njelog oleh Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM) tahun 1919, praktis membuat sawah-sawah, desa-desa di sekitar Rawa menjadi tergenang air. Selain itu, fenomena tanah naik ke atas (lemah mumbul) di tengah Rawa Pening yang terjadi sewaktu-waktu dan tidak terprediksi, juga menyebabkan daya tampung rawa menjadi berkurang. Rawa Pening, yang tadinya dianalogikan seperti mangkok, bertahun-tahun berubah seperti piring.
Peta Rawa Pening dan desa-desa di Tahun 1915 Centrale Boekeris Amsterdam. Terlihat desa- desa sekitar rawa pening masih ada. |
Daftar nama-nama desa yang hilang (bedol desa, bergabung dengan desa lain, tenggelam) dan perkiraan perpindahan penduduk :
No. | Nama Desa/Kampung | Wilayah Sekarang | Keterangan |
---|---|---|---|
1. | Rowo Kantjing | Desa Tegaron | Membuat desa baru Gondang Sari, Candi Sari, Pindah ke Candi Dukuh |
2. | Rowo Kindjeng/Gendjing | Desa Tegaron | Membuat desa baru Desa Wates, Gondang Sari, Candisari |
3. | Rowo Gono | Desa Tegaron | Pindah ke Krajan, Sukodono |
4. | Rowo Wiro | Tidak terdeteksi | Tidak terdeteksi, mungkin desa yang berpindah ke Ngentasan, Bukit Cinta |
5. | Rowo Boni | Desa Rowoboni dan Desa Tegaron | Bedol desa membuat desa baru Sukodono, Donosari, Krajan |
6. | Rowo Soejoet | Desa Rowoboni | Pindah ke Rowo Gandjar, Rowo Kasam |
7. | Rowo Pasiah | Desa Rowoboni | Pindah ke Rowo Gandjar, Rowo Kasam |
8. | Rowo Danis | Desa Rowoboni | Pindah ke Rowo Gandjar, Rowo Kasam |
9. | Rowo Sentoel | Desa Rowoboni | Pindah ke Rowo Gandjar, Rowo Kasam |
10. | Rowo Kassam | Desa Rowoboni | Pindah ke dekat Rowo Gandjar, dan mempertahankan nama Rowo Kassam |
11. | Rowo Potro | Desa Rowoboni | Pindah ke Rowo Gandjar, Rowo Kasam |
12. | Rowo Singo | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rowo Sari |
13. | Rowo Bandjer | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rowo Sari |
14. | Rowo Siwil | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rowo Sari |
15. | Rowo Roenkoes | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rowo Sari |
16. | Rowo Boesoek | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rowo Sari |
17. | Rowo Bidin | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rowo Sari |
18. | Rowo Ragem | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rejosari |
19. | Rowo Mendoeng | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rejosari |
20. | Rowo Sawit | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rejosari |
21. | Rowo Redo | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rejosari |
22. | Rowo Tegal Sari | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rejosari |
23. | Rowo Singo | Desa Rowo Sari | Membuat desa baru Desa Rejosari |
24. | Rowo Maling | Desa Kalibeji | Pindah ke Rowo Sabi |
25. | Rowo Redja | Desa Candiredjo | Pindah ke Candirejo |
26. | Rowo Goembal | Desa Candiredjo | Pindah ke Candirejo |
27. | Gempol/Dempol | Desa Ngasinan | Pindah ke Asinan, Semurup |
28. | Wates | Desa Ngasinan | Pindah ke Telego Asinan |
29. | Ngaglik | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
30. | Rowo Batok | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
31. | Belok | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
32. | Rowo Kandhi | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
33. | Nglarangan | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
34. | Wonosarie/Wonoredjo | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
35. | Rowo Redja | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
36. | Ploembon/Ploembong | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
37. | Rowo Majem/Magem | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
38. | Rowo Radin | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
39. | Rowo Pakel | Desa Bejalen | Pindah ke Bedjalen |
40. | Rowo Ritjik | Desa Bejalen | Pindah ke Sanggar Pojoksari |
41. | Rowo Badjoel | Desa Bejalen | Pindah ke Rowo Bajul Pojokasari |
42. | Bodjong | Tidak terdeteksi | Mungkin pindah ke Pojoksari |
43. | Rowo Kerta | Desa Bejalen | Pindah ke Pojoksari dan Bejalen |
44. | Rowo Radja/Roto | Desa Bejalen | Pindah ke Pojoksari dan Bejalen |
45. | Doekoeh Rowo | Desa Banyubiru | Berubah jadi Balong Sari Pindah ke Klepoe, bergabung ke Cerbonan. |
46. | Balong Sari | Desa Banyubiru | Pindah ke Cerbonan, Tegalwuni |
47. | Kokosan | Desa Banyubiru | Bergabung ke Tegalwuni |
48 | Lemah Ireng | Desa Banyubiru | Pindah ke Tegalwuni |
49. | Rowo Walirang | Desa Banyubiru | Pindah ke Tegalwuni |
50. | Goebloegang | Desa Kebondowo | Pindah ke Kebonbawang |
Daftar nama-nama desa di sekitar Rawa Pening di tahun 1850 |
Josss
BalasHapus