Laksamana Malahayati - Perempuan Aceh Yang Duel dan Berhasil Membunuh Cornelis de Houtman
Malahayati adalah perempuan Aceh yang berani berduel satu lawan satu di geladak kapal dan berhasil membunuh Cornelis de Houtman. Keumalahayati berumur 49 tahun, dengan senjata rencong melawan Cornelis de Houtman berumur 34 tahun, menggunakan pedang. Dan akhirnya Malahayati berhasil menghunuskan rencongnya tepat ke jantung Cornelis de Houtman, sehingga Cornelis de Houtman mati dalam pertempuran itu.
Laksamana Malahayati Perempuan Aceh Yang Pemberani |
Suami beliau Laksamana Zainal Abidin, wafat dalam pertempuran di Teluk Haru ketika melawan Portugis. Setelah itu Laksamana Malahayati membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan. Pasukan ini diberi nama Inong Balee. Dalam bahasa Aceh, ‘Inong’ berarti Wanita, sedangkan ‘Balee’ berarti janda. Laskar Inong Balee, merupakan pasukan khusus yang beranggotakan para janda dari syuhada dalam Pertempuran Armada Kesultanan Aceh melawan Armada Portugis di Laut Haru.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee berperang melawan Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Beliau mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga beliau kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati
Taktik laut Malahayati inovatif dan efektif, menggunakan strategi perang gerilya dan memanfaatkan keahlian angkatan laut Aceh dalam mengarungi perairan setempat. Ia terkenal karena keberaniannya, kecerdasannya, dan pemikiran strategisnya. Armada Malahayati sering menggunakan kapal perang cepat dan lincah yang disebut "jong," yang mampu berlayar di perairan dangkal wilayah tersebut dengan lebih efektif daripada kapal Belanda.
Untuk mengenang jasa Laksmana Malahayati, nama beliau diabadikan dalam berbagai hal.
- Nama Pelabuhan laut di Teluk Krueng Raya
- Nama kapal perang TNI AL
- Nama universitas di Bandar Lampung.
- Salah satu Lagu Iwan Fals
- Nama Masjid, nama jalan dll.
Atas jasa-jasanya Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017.
Laksmana Malahayati wafat dalam perjuangan melawan Portugis tanggal 30 Juni 1615. Beliau gugur saat bertempur melawan pasukan portugis di Perairan Selat Malaka, Kemudian beliau dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.
Warisan Laksamana Malahayati tetap signifikan dalam sejarah Indonesia. Ia dihormati sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan simbol pemberdayaan wanita. Kisahnya terus menginspirasi orang, terutama di Aceh, di mana ia dihormati sebagai pahlawan nasional. Saat ini, terdapat berbagai monumen dan lembaga yang dinamai menurut namanya, sebagai penghormatan atas kontribusinya dalam sejarah Indonesia.